KOPI INDONESIA HARUMNYA MENDUNIA
Tak dinyana, kopi menempati posisi kedua komoditi dunia setelah minyak dan gas. Kita sepatutnya berbangga, karena kopi Indonesia memiliki cita rasa khas yang tidak dimiliki oleh negara lain. Meskipun volume ekspor kopi Indonesia berada di urutan ke-4 setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia, masih banyak peluang untuk meningkatkannya, karena tidak ada negara yang memiliki varian produk unggulan sebanyak negeri ini.
Semua berawal pada tahun 1696, ketika untuk kali pertama kopi berjenis Arabika
ditanam di Indonesia. Namun baru pada tahun 1893, dunia mulai mengenal kopi Indonesia, tepatnya saat pemerintah Hindia Belanda berpartisipasi dalam pameran dagang internasional di Chicago, Amerika Serikat. Dalam pameran yang diselenggarakan untuk memperingati 400 tahun pendaratan Columbus di Benua Amerika, pemerintah Hindia Belanda saat itu membuka stand yang bertemakan “Java Village”, di mana mereka
memperkenalkan budaya Jawa seperti gamelan,wayang, dan kain batik. Selain tertarik dengan tema yang ditampilkan, pengunjung yang kebanyakan datang dari penjuru Eropa dan Amerika juga tertarik dengan cita rasa kopi yang disediakan di stand kampung Jawa
tersebut. Bahkan, akibat secangkir kopi yang disediakan, Java Village menjadi salah satu stand yang paling ramai. Alhasil,setelah pameran ini, peminat ”kopi Jawa” pun meningkat.
Berdasarkan catatan dari Ditjen Perdagangan selama April 2006-Maret 2007, total ekspor kopi dari negara produsen di seluruh dunia telah mencapai 5,7 miliar kilogram. Ada pun negara-negara importir kopi terbesar dunia adalah Amerika, Jerman, Jepang, dan Italia. Catatan dari Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian menyatakan bahwa tanaman kopi di Indonesia didominasi oleh jenis Robusta 93%, sisanya Arabika sebanyak 7%. Hingga saat ini Indonesia tetap berupaya meningkatkan produksi jenis Arabika dikarenakan permintaan pasar dunia didominasi oleh Arabika, namun bagi sebagian petani menanam kopi, Arabika bukanlah hal yang mudah, karena
Arabika membutuhkan perawatan yang intensif karena lebih rentan terserang hama, di samping lebih tepat ditanam di daerah pegunungan di atas 1000 meter. Namun yang membanggakan, kebanyakan kopi Arabika asal Indonesia sudah lama menjadi bagian penting untuk segmen pasar Specialty Coffee dunia.
Indonesian Specialty Coffees (berjenis Arabika) yang harumnya sudah mendunia, di antaranya Gayo Coffee yang berasal dari Pegunungan Gayo, Aceh Tengah, Mandheling Coffee dan Lintong Coffee yang berasal dari Pegunungan Bukit Barisan, Sumatera
Utara, Java Coffee dari Pegunungan Ijen-Jawa Barat, Toraja Coffee dan Kalosi
Coffee dari Tana Toraja-Sulawesi Selatan, Bali-Kintamani dari pegunungan
Kintamani-Bali, Flores Coffee berasal dari Kepulauan Flores, Nusa Tenggara Timur.
Sedangkan untuk jenis Robusta yang terbaik umumnya berasal dari Jawa, Lampung, Bali, dan Flores. Berbicara tentang specialty coffee, last but not least…Indonesia memiliki Kopi Luwak, yang diakui sebagai the most exclusive coffee in the world. Sebenarnya kopi ini berasal dari tanaman kopi biasa, namun yang unik adalah buah kopi
yang sudah matang di pohon, dimakan oleh luwak (Paradoxorus hermaproditus) sejenis musang liar, konon luwak ini memiliki sense untuk memilih buah kopi terbaik untuk dimakan. Dikarenakan sistem pencernaan luwak tidak bisa memproses biji kopi yang keras, maka mereka hanya sebatas menikmati kulit luarnya saja, sedangkan biji kopi yang dipercaya telah melalui proses fermentasi sempurna dalam saluran pencernaan luwak tersebut, dikeluarkan melalui kotorannya. Para pecinta kopi luwak mengakui bahwa kopi ini memiliki aroma dan flavor yang excellent, medium body, medium acidity,
dan long aftertaste. Karena tidak mungkin diproduksi massal sementara demand lebih tinggi dari supply, harga kopi luwak pun meroket. Kopi luwak asli Indonesia ini umumnya berasal dari daerah pegunungan Jawa dan Sumatera . Saking populernya, dalam salah satu adegan film Hollywood yaitu “Bucket of List” yang dibintangi oleh aktor terkenal Jack Nicholson dan Morgan Freeman, di mana menjelang ajalnya, tokoh yang
diperankan Freeman, dalam salah satu list permintaannya, adalah meminum kopi luwak.
Begitu banyak cerita di balik nikmat dan harumnya secangkir kopi, salah satu minuman yang paling diminati warga dunia. Berbagai cara menikmatinya dilatarbelakangi oleh culture di masing-masing negara. Salah satu yang paling populer dan menjadi lifestyle warga dunia, adalah Italian-style espresso, yaitu menyajikan kopi dengan menggunakan mesin kopi di mana melalui proses ekstraksi bubuk kopi yang diberikan air panas pada temperatur dan tekanan (pressure) tertentu, sehingga menghasilkan minuman kopi murni dengan crema di atasnya. Selanjutnya dari espresso sebagai bahan utama dan dengan campuran fresh milk, chocolate, ice cream, coffee syrup dan sebagainya, kini berkembang minuman berbasis kopi espresso yang mendunia seperti cappuccino, café latte, macchiato, moccachino dan masih banyak lagi jenis minuman kopi yang semakin akrab di telinga kita. Saatnya kita benar-benar menikmati kopi yang berkualitas, baik biji kopinya maupun media penyajiannya. (oleh : Lasmezi Zamora di publikasikan di Majalah Luar Biasa edisi Juni 2009)
Tak dinyana, kopi menempati posisi kedua komoditi dunia setelah minyak dan gas. Kita sepatutnya berbangga, karena kopi Indonesia memiliki cita rasa khas yang tidak dimiliki oleh negara lain. Meskipun volume ekspor kopi Indonesia berada di urutan ke-4 setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia, masih banyak peluang untuk meningkatkannya, karena tidak ada negara yang memiliki varian produk unggulan sebanyak negeri ini.
Semua berawal pada tahun 1696, ketika untuk kali pertama kopi berjenis Arabika
ditanam di Indonesia. Namun baru pada tahun 1893, dunia mulai mengenal kopi Indonesia, tepatnya saat pemerintah Hindia Belanda berpartisipasi dalam pameran dagang internasional di Chicago, Amerika Serikat. Dalam pameran yang diselenggarakan untuk memperingati 400 tahun pendaratan Columbus di Benua Amerika, pemerintah Hindia Belanda saat itu membuka stand yang bertemakan “Java Village”, di mana mereka
memperkenalkan budaya Jawa seperti gamelan,wayang, dan kain batik. Selain tertarik dengan tema yang ditampilkan, pengunjung yang kebanyakan datang dari penjuru Eropa dan Amerika juga tertarik dengan cita rasa kopi yang disediakan di stand kampung Jawa
tersebut. Bahkan, akibat secangkir kopi yang disediakan, Java Village menjadi salah satu stand yang paling ramai. Alhasil,setelah pameran ini, peminat ”kopi Jawa” pun meningkat.
Berdasarkan catatan dari Ditjen Perdagangan selama April 2006-Maret 2007, total ekspor kopi dari negara produsen di seluruh dunia telah mencapai 5,7 miliar kilogram. Ada pun negara-negara importir kopi terbesar dunia adalah Amerika, Jerman, Jepang, dan Italia. Catatan dari Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian menyatakan bahwa tanaman kopi di Indonesia didominasi oleh jenis Robusta 93%, sisanya Arabika sebanyak 7%. Hingga saat ini Indonesia tetap berupaya meningkatkan produksi jenis Arabika dikarenakan permintaan pasar dunia didominasi oleh Arabika, namun bagi sebagian petani menanam kopi, Arabika bukanlah hal yang mudah, karena
Arabika membutuhkan perawatan yang intensif karena lebih rentan terserang hama, di samping lebih tepat ditanam di daerah pegunungan di atas 1000 meter. Namun yang membanggakan, kebanyakan kopi Arabika asal Indonesia sudah lama menjadi bagian penting untuk segmen pasar Specialty Coffee dunia.
Indonesian Specialty Coffees (berjenis Arabika) yang harumnya sudah mendunia, di antaranya Gayo Coffee yang berasal dari Pegunungan Gayo, Aceh Tengah, Mandheling Coffee dan Lintong Coffee yang berasal dari Pegunungan Bukit Barisan, Sumatera
Utara, Java Coffee dari Pegunungan Ijen-Jawa Barat, Toraja Coffee dan Kalosi
Coffee dari Tana Toraja-Sulawesi Selatan, Bali-Kintamani dari pegunungan
Kintamani-Bali, Flores Coffee berasal dari Kepulauan Flores, Nusa Tenggara Timur.
Sedangkan untuk jenis Robusta yang terbaik umumnya berasal dari Jawa, Lampung, Bali, dan Flores. Berbicara tentang specialty coffee, last but not least…Indonesia memiliki Kopi Luwak, yang diakui sebagai the most exclusive coffee in the world. Sebenarnya kopi ini berasal dari tanaman kopi biasa, namun yang unik adalah buah kopi
yang sudah matang di pohon, dimakan oleh luwak (Paradoxorus hermaproditus) sejenis musang liar, konon luwak ini memiliki sense untuk memilih buah kopi terbaik untuk dimakan. Dikarenakan sistem pencernaan luwak tidak bisa memproses biji kopi yang keras, maka mereka hanya sebatas menikmati kulit luarnya saja, sedangkan biji kopi yang dipercaya telah melalui proses fermentasi sempurna dalam saluran pencernaan luwak tersebut, dikeluarkan melalui kotorannya. Para pecinta kopi luwak mengakui bahwa kopi ini memiliki aroma dan flavor yang excellent, medium body, medium acidity,
dan long aftertaste. Karena tidak mungkin diproduksi massal sementara demand lebih tinggi dari supply, harga kopi luwak pun meroket. Kopi luwak asli Indonesia ini umumnya berasal dari daerah pegunungan Jawa dan Sumatera . Saking populernya, dalam salah satu adegan film Hollywood yaitu “Bucket of List” yang dibintangi oleh aktor terkenal Jack Nicholson dan Morgan Freeman, di mana menjelang ajalnya, tokoh yang
diperankan Freeman, dalam salah satu list permintaannya, adalah meminum kopi luwak.
Begitu banyak cerita di balik nikmat dan harumnya secangkir kopi, salah satu minuman yang paling diminati warga dunia. Berbagai cara menikmatinya dilatarbelakangi oleh culture di masing-masing negara. Salah satu yang paling populer dan menjadi lifestyle warga dunia, adalah Italian-style espresso, yaitu menyajikan kopi dengan menggunakan mesin kopi di mana melalui proses ekstraksi bubuk kopi yang diberikan air panas pada temperatur dan tekanan (pressure) tertentu, sehingga menghasilkan minuman kopi murni dengan crema di atasnya. Selanjutnya dari espresso sebagai bahan utama dan dengan campuran fresh milk, chocolate, ice cream, coffee syrup dan sebagainya, kini berkembang minuman berbasis kopi espresso yang mendunia seperti cappuccino, café latte, macchiato, moccachino dan masih banyak lagi jenis minuman kopi yang semakin akrab di telinga kita. Saatnya kita benar-benar menikmati kopi yang berkualitas, baik biji kopinya maupun media penyajiannya. (oleh : Lasmezi Zamora di publikasikan di Majalah Luar Biasa edisi Juni 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar